Friday, May 18, 2007

Lost Generation in Japan

Membaca artikel mengenai generasi Jepang Inc. yang tertinggal (usia mereka berada di rentangku, yaitu 25-35 tahun), aku jadi diingatkan untuk tidak menunggu kereta yang tidak berangkat juga. Aku termasuk kalangan di generasiku yang terkena imbas dari gelembung pengangguran. Menurut artikel tersebut, sekarang, dengan ekonomi Jepang yang mulai membaik, kalangan masih tidak mau mengangkat generasi tersebut ke kalangan mereka, para middle manager, karena mereka tidak memiliki pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan. Generasi ini terlempar ke pekerjaan paruh waktu atau jenis pekerjaan yang tidak terlalu menuntut skill. Mereka berhenti berharap mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka dan menerima pekerjaan apa saja yang dapat mereka kerjakan. Kalangan perusahaan juga tidak berminat menarik kalangan generasi yang menjadi pekerja yang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, karena takut kalangan tersebut kurang memiliki loyalitas dan kegigihan yang dimiliki oleh generasi lebih muda yang baru saja tamat. Menurutku, generasi di bawah "lost generation" itu akan dipaksa untuk tumbuh lebih cepat, sehingga mereka akan menempati posisi puncak di saat mereka masih muda.

Aku mengidentifikasikan diriku di dalam generasi itu. Untungnya tidak terlalu banyak teman-temanku yang terperangkap di dalam sini, mereka rata-rata memiliki kemampuan lain yang dapat membantu mereka untuk memilih karir lain atau sekedar bertahan hidup. Untuk teman-temanku yang berada di ceruk yang lebih dalam, tidak memiliki skill lain, aku berharap mereka dapat keluar dari sana secepatnya karena waktu akan terus mengejar mereka.

Waktu adalah faktor utama yang memaksaku untuk mendapatkan insight dari artikel ini. Di saat korporasi tidak mampu menampung, usaha selanjutnya adalah pergi ke unit usaha yang lebih kecil. Bila itu tidak berhasil, berkumpullah sesama rekan-rekan lainnya yang senasib dan sediakanlah produk yang dapat ditawarkan ke masyarakat banyak. Mengambil contoh dari keluarga dekat yang memiliki diversifikasi usaha (travel/tour, investasi tanah dan catering), banyak cabang yang dapat dicoba. Kunci utamanya adalah mencoba (aku terpikir satu teman baikku di Bukittinggi, my thoughts are with him) dan harapan bahwa usaha itu akan berhasil. Call it ambition, hope, prayer, as long as you believe in it. You have to sell the idea to yourself, then take it upon the world.

Indiraku (milis pribadi yang kumiliki secara egois) memiliki rangkaian karir yang beragam. HR Training, Broadcast (a specific skill in documentary and other in programming), Hocus pocus and mumbo jumbo, Advertising dan home trading. Kebanyakan dari milis itu berasal dari psikologi dan kemudian menjangkau sub ilmu lainnya. Kita adalah lost generation itu, terpaksa branch out untuk tetap bertahan hidup. Dan kita masih bertahan hidup. Selamat, Indira. Keep on moving on!

No comments: