Thursday, April 06, 2006

Buruh mogok

Aku mendengarkan berita mengenai demonstrasi buruh dengan hati kesal. Tadi aku mendengar ada Busway yang dibakar. Menurutku hal itu sama sekali tidak berhubungan dengan RUU 13, kenapa mereka harus mengganggu orang lain? Kenapa bundaran HI harus berhenti total? Tidak ada yang mereka buat lebih sebal kecuali rekan-rekan buruh mereka, yang berdasi, yang bekerja tiap bulan gali lubang tutup lubang, rekan mereka yang juga tengah kesulitan menghadapi hidup. Buruh-buruh yang demo tersebut seolah berkumpul, untuk memberikan impresi, kalau gue nggak seneng, elu semua bakal gue bikin susah.
Kepada siapa mereka marah terhadap RUU tersebut? Ke walikota? Ke jalan-jalan di daerah? Ke wakil presiden? Pertama, kenalilah targetmu.
Kedua, pelajari bahasa mereka. Kita sangat bermasalah saat ini karena buruh-buruh kita terkenal malas, mahal dan tidak giat. Itu menurut riset. Empat bulan aku belajar analisa lingkungan bisnis, semua bersikukuh pada satu hal, kita tidak boleh bodoh. Pendidikan adalah nomor satu.
Aku bukanlah orang yang suka untuk menyalahkan hal eksternal dan duduk diam.
Ada satu ideku untuk knowledge gap. Bukalah saluran internet seluas-luasnya. Ajarkan orang kita IT. Ajarkan mereka sehingga mereka menjadi pandai, mampu untuk bersaing dan menang, bukan menghapal bahasa program tua yang tidak dipakai siapapun di dunia ini.
Lalu ajarkan mereka hukum, tata negara, sosial, sehingga mereka mengerti seperti apa seharusya negara itu dijalankan. Orang-orang pintar negri ini seharusnya menjadi pemimpin di legislatif dan yudikatif, bukan buruh di perusahaan besar negara yang merugi.
Lalu ajarkan mereka seni negara ini, sehingga mereka cinta pada negara ini.
Aku tidak suka informasi ditutup-tutupi. Biarkanlah mereka melihat apa yang terjadi di luar sana, sehingga mereka akan bertanya apa yang terjadi di dalam sini.
Aku tidak tergila2 pada IT, tapi itu adalah sarana yang paling murah untuk menebus ketinggalan kita.
Aku tidak ingin buruh kita berhenti bekerja, tapi aku melihat sesuatu di balik RUU ini yang memberikan harapan.
Kita butuh investasi luar negri. Kalau kamu masih mau teriak merdeka, lihatlah sekelilingmu, pikir keras-keras, baru pertimbangkan untuk masih berteriak merdeka. Kita saling terkait, semua negara tidak bisa berdiri sendiri.
Sekarang, kita tidak terlihat menarik. Kita berusaha untuk menjual potensi di negara kita untuk memperoleh devisa, seperti tukang nasi goreng. Memberikan kepastian pada, salah satunya, kinerja dan kualitas buruh adalah salah satu hal yang dibutuhkan membuat nasi goreng kita menjadi lebih menarik. Kalau nasi goreng kita menarik, banyak yang beli. Kalau banyak yang beli, buruh akan dapat kerjaan. Kita tidak perlu menggarongi perusahaan2 kecil yang tinggal dan memaksa mereka untuk menciptakan lapangan padat karya.
Jadi, akhir dari RUU ini adalah makin banyak pekerjaan.

No comments: