Wednesday, April 19, 2006

Judi

MBM TEMPO:
Terus terang saya tidak suka judi dan menolak judi, tapi kata-kata Bang Ali sangat realistis dan pragmatis. Masyarakat kita lebih peduli pada judi daripada menyumbang untuk dana sosial atau secara sukarela membantu orang lain. Saya mengatakan lebih peduli dengan alasan duit yang terkumpul jauh lebih banyak. Kalau dilegalisir, beserta pelacuran, aku yakin jakarta akan memperoleh uang yang banyak. Aku juga percaya kalau ulama-ulama yang disebutkan oleh Bang Ali itu tidak mencarikan solusi. Mereka hanya protes dan menghakimi. Potret ulama yang kutemukan sehari-hari di kampungku, marah-marah nggak jelas, menghakimi semua orang, lalu pulang mengantongi fee dari mesjid yang menawar paling tinggi.
Money matters. Face it. Aku dan Dedet ingin sekali punya guru pengajian kita sendiri, tapi aku sulit menemukan ulama yang kita approve cara pikirnya. Kebanyakan kali aku mendengarkan khotbah Jumat, kupingku panas, karena aku sangat tidak setuju dengan apa yang dikhotbahkan khatib. Ini adalah topik yang sangat emosional bagiku, jadi aku akan kembali ke topik yang kubawakan.
Jadi, menurutku, legalkan saja judi dan pelacuran. Kaum ulama, beserta kebanyakan rakyat kita akan tidak setuju. Seperti teman-temanku di kampung, yang tiap hari selasa akan ribut mempersoalkan nomer buntut berapa yang akan keluar hari kamis, atau tetanggaku di Utan Kayu yang pasti semarak mengikuti judi selama piala dunia.
Kenapa kita memaksakan untuk mempertahankan judi dan pelacuran untuk tidak dilegalkan dan membiarkannya tumbuh dengan gelap? Aku tidak habis pikir.

1 comment:

Kikie said...

couldn't agree with you more..